BERITATIME.COM, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan total dana yang dibutuhkan pemerintah untuk pengadaan 260 juta vaksin corona sebesar Rp45,5 triliun. Ini merupakan total dana yang diajukan oleh PT Bio Farma (Persero) untuk pengadaan vaksin corona yang berasal dari Sinovac.
Itu tertulis dalam materi paparan Airlangga pada konferensi pers usai rapat terbatas (ratas) bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara virtual pada Senin (12/10).
Airlangga bilang Bio Farma butuh uang muka (down payment/DP) untuk pengadaan vaksin virus corona sebesar Rp3,6 triliun. Sementara, total uang muka yang harus disiapkan sampai 2022 mendatang sebesar Rp24,21 triliun.
Pemerintah nantinya akan mengucurkan dana untuk pengadaan vaksin yang diajukan oleh Bio Farma secara bertahap hingga 2022 mendatang.
Setelah Oktober 2020 dibayar sebesar Rp3,6 triliun, maka pemerintah akan membayar uang muka lagi pada Januari 2021 sebesar Rp1,82 triliun, Februari 2021 sebesar Rp3,2 triliun, Maret 2021 sebesar Rp3,2 triliun, April 2021 sebesar Rp3,97 triliun, Juni 2021 Rp3,4 triliun, dan Juli 2021 sebesar Rp3,97 triliun.
Selanjutnya, pembayaran pengadaan vaksin dilanjutkan pada Agustus 2021 sebesar Rp2,14 triliun, September 2021 sebesar Rp2,1 triliun, Oktober 2021 sebesar Rp8,6 triliun, dan Desember 2021 sebesar Rp6 triliun. Lalu, pembayaran terakhir akan dilakukan pada Februari 2022 mendatang sebesar Rp2 triliun.
Airlangga bilang Bio Farma juga sudah membuat jadwal pengadaan vaksin corona. Pada November 2020, misalnya diperkirakan ada 15 juta dosis vaksin virus corona.
"Bio Farma ini sudah ada jadwal dan anggarannya," ucap Airlangga.
Data Airlangga menunjukkan target 260 juta vaksin diperkirakan terpenuhi pada Oktober 2021 mendatang.
Setelah pengadaan 15 juta dosis vaksin pada November 2020, Bio Farma memperkirakan ada 10 juta dosis vaksin corona pada 5 Januari 2021, 20 juta dosis vaksin virus corona pada 28 Januari 2021, 5 juta dosis vaksin virus corona pada 26 Februari 2021, dan 32 juta vaksin pada 29 Maret 2021.
Kemudian, Bio Farma memperkirakan ada 21 juta dosis vaksin virus corona pada 30 April 2021, 20 juta dosis vaksin virus corona pada 31 Mei 2021, 33 juta dosis vaksin virus corona pada 29 Juni 2021.
Lalu, 30 juta dosis vaksin virus corona pada 31 Juli 2021, 26 juta dosis vaksin virus corona pada 30 Agustus 2021, 29 juta dosis vaksin virus corona pada 30 September 2021, dan 19 juta dosis vaksin virus corona pada 30 Oktober 2021.
Sementara, Airlangga memproyeksi Indonesia bisa mendapatkan vaksin virus corona dari Sinovac sebanyak 18 juta dosis. Lalu, jumlahnya akan bertambah pada tahun depan sebanyak 125 juta dosis.
Ia menyatakan Indonesia sudah berkomitmen dengan beberapa perusahaan penyedia vaksin vaksin virus corona. Komitmen itu dilakukan melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Beberapa perusahaan penyedia vaksin yang bekerja sama dengan BUMN Indonesia adalah Sinovac, Sinopharm, AstraZeneca, dan Novavax. Airlangga menekankan khusus pengadaan bahan baku vaksin dari Sinovac dan Sinopharm ditangani oleh Bio Farma. "Dari Sinopharm itu diperkirakan (bahan baku vaksin) ada 15 juta dosis dan tahun depan 50 juta dosis. Lalu dari Astrazenica 100 juta dosis," jelas Airlangga.
Lebih lanjut Airlangga menjelaskan pemerintah telah menetapkan daftar prioritas penerima vaksin virus corona. Pada tahap awal, pemerintah akan mendistribusikan vaksin kepada tenaga medis, pelayanan publik, TNI dan Polri, serta aparat hukum sebanyak 3,49 juta orang dengan total kebutuhan vaksin sebanyak 6,99 juta dosis.
Lalu, tokoh agama, perangkat daerah seperti kecamatan, desa, dan RT/RW, serta sebagian pelaku ekonomi sebanyak 5,62 juta orang dan kebutuhan vaksin sebanyak 11,24 juta dosis.
Kemudian, seluruh tenaga pendidik sebanyak 4,36 juta orang dengan jumlah kebutuhan vaksin sebanyak 8,72 juta dosis. Tenaga pendidik ini adalah mereka yang bekerja di TK, SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi.
Lalu, aparatur pemerintah, baik di pusat, daerah, dan legislatif yang sebanyak 2,3 juta orang dengan total kebutuhan vaksin sebanyak 4,61 juta dosis.
Terakhir, peserta BPJS Kesehatan yang masuk dalam daftar penerima bantuan iuran (PBI) sebanyak 86,62 juta orang dengan kebutuhan vaksin sebanyak 173,24 juta dosis.
"Kalau ditotal ini 102,41 juta orang dengan kebutuhan vaksin 204 juta dosis. Lalu, ditambah dengan masyarakat dan pelau perekonomian lainnya yang berusia 19-59 tahun sebanyak 57 juta dengan kebutuhan 115 juta dosis, total 160 juta orang," jelas Airlangga.
Ia menambahkan pemerintah akan mendistribusikan vaksin pada 2021 kepada 135 juta orang. Satu orang akan divaksinasi sebanyak dua kali, sehingga total kebutuhan vaksin mencapai 270 juta dosis untuk tahun depan.
"Sisanya nanti terus didorong untuk 2022," tutup Airlangga.(AH**)
Sumber : Cnnindonesia.com
|
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan WA ke 0858-3144-9896
via EMAIL: redaksiberita2020@gmail.com
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
|
Komentar Anda :