Investasi Besar Negeri Singa untuk Transisi Energi Berkelanjutan
Kamis, 03/02/2022 - 18:12:08 WIB Redaktur: MD
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI Arifin Tasrif (kanan)
bersama Menteri Kedua Perdagangan dan Industri Singapura Tan See Leng
menandatangani kerjasama Energi di The Sanchaya Resort Bintan, Kabupaten
Bintan, Kepulauan Riau. SETPRE
TERKAIT:
JAKARTA, - BERITATIME.COM - Komitmen investasi Singapura sebagai negeri jiran memang tinggi. Dalam beberapa tahun terakhir, sesuai catatan Kementerian Investasi/BKPM, mereka merupakan investor terbesar di tanah air.
Babak baru hubungan Indonesia dan Singapura dimulai. Bertempat di The Sanchaya Resort Bintan, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau, Selasa (25/01/2022), Presiden RI Joko Widodo dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong melakukan leader retreat (pertemuan antarpemimpin) membahas sejumlah kerja sama bilateral.
Dari pertemuan tersebut telah menghasilkan sejumlah kesepakatan antara kedua negara, salah satunya adalah mengenai kerja sama di bidang energi. Kedua negara sepakat investasi di bidang Energi Baru dan Terbarukan (EBT) terus menjadi prioritas. Khususnya, dalam rangka memajukan ekonomi hijau dan berkelanjutan.
"Pertemuan retreat mencatat adanya investasi baru senilai USD9,2 miliar, antara lain, di bidang energi baru terbarukan di sekitar Batam serta Pulau Sumba dan Manggarai Barat, NTT; serta pembangunan hub logistik di Pelabuhan Tanjung Priok," ujar Presiden Jokowi dalam pernyataan pers bersama dengan PM Lee usai pertemuan empat mata (tete a tete) dan delegasi negara masing-masing.
Sebelum pertemuan Presiden RI dan PM Lee, Indonesia dan Singapura telah menyepakati Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) di bidang kerja sama energi. Penandatanganan Mou dilakukan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI Arifin Tasrif dan Menteri Kedua Perdagangan dan Industri Singapura Tan See Leng, Jumat (21/1/2022).
Menteri ESDM menilai, nota kesepahaman itu sebagai dasar kedua negara untuk mendorong dan meningkatkan inisiatif proyek kerja sama energi, baik di tingkat pemerintah maupun di tingkat bisnis.
MoU ini, tambah Arifin, akan memayungi sejumlah area, termasuk di antaranya pengembangan EBT seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan hidrogen, interkoneksi listrik lintas batas dan jaringan listrik regional, perdagangan energi, pembiayaan proyek energi, dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM).
Tidak hanya itu, MoU ini juga mengatur pelaksanaan Kelompok Kerja Energi (working group on energy) yang akan menjadi forum rutin untuk menetapkan, memantau, dan mengevaluasi kerja sama energi antara kedua negara.
"Saya yakin working group jadi forum krusial bagi kedua pihak untuk bekerja sama membantu merealisasikan transisi energi pada masing-masing negara. Topik seperti carbon capture, utilization, and storage (CCUS) dan pengembangan energi baru dan terbarukan akan menjadi perbincangan," ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Arifin juga menyampaikan pentingnya pengembangan EBT antara kedua negara untuk mendukung pengembangan Green Data Centre dan Industri Berbasis EBT (renewable energy based industry/REBID). Pengembangan EBT juga akan berkontribusi pada upaya transisi energi dan komitmen pengurangan emisi karbon kedua negara.
Satu hal, Menteri ESDM menegaskan, transisi energi berkelanjutan menjadi salah satu isu prioritas pada Presidensi G20 Indonesia tahun 2022 ini. Presidensi G20 ini diharapkan mampu memberikan kesempatan bagi Singapura untuk turut serta berkontribusi mewujudkan tujuan dari transisi energi.
"Termasuk di dalamnya topik mengenai aksesibilitas energi, pengembangan teknologi bersih dan cerdas, serta pembiayaan energi," tukas mantan Dubes RI di Jepang itu.
Investasi di Batam
Komitmen investasi Singapura sebagai negeri jiran memang tinggi. Dalam beberapa tahun terakhir, sesuai catatan Kementerian Investasi/BKPM, mereka merupakan investor terbesar di tanah air.
Nota Kesepahaman yang diteken di awal 2022 itu mengukuhkan sejumlah komitmen Singapura di bidang energi berkelanjutan. Pada 25 Oktober 2021 lalu, Menteri ESDM menyaksikan penandatanganan dua joint development agreement (JDA) di bidang pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), antara entitas bisnis Indonesia dan Singapura, yaitu JDA antara PT Trisurya Mitra Bersama (Suryagen)–Bright PLN Batam dan Sembcorp Industries. Di samping itu, JDA antara Medco Power Energy dengan Gallant Venture dan PacificLight Energy.
Perjanjian pengembangan bersama itu untuk mengembangkan proyek penyimpanan energi dan tenaga surya terintegrasi skala besar di wilayah Batam, Bintan, dan Karimun, Kepulauan Riau. Rencananya, proyek ini akan membangun PLTS dengan daya mampu sekitar 1 GWp (1.000 megawatt-peak) serta didukung sistem penyimpanan energi baru terbarukan dalam skala besar yang akan diekspor melalui kabel bawah laut ke Singapura.
Sementara itu, proyek yang ditangani konsorsium Medco, pada tahap awal, kapasitas yang disalurkan ke Singapura mencapai 670 megawatt-peak (MWp). Angka itu setara dengan penyediaan listrik sekitar 100 MW nonintermiten ke Singapura. Upaya tersebut dilakukan negara itu sejalan dengan program Singapore Green Plan 2030 untuk meningkatkan porsi energi terbarukan.
Tentunya perjanjian pengembangan bersama ini sejalan dengan program Kementerian ESDM yang menargetkan bauran EBT di Indonesia sebesar 23 persen pada 2025. Saat ini, kontribusi EBT untuk penurunan emisi karbon baru mencapai 12 persen. Meski tidak sebesar sektor lahan dan kehutanan. Pengembangan kerja sama PLTS ini menjadi sumbangsih penting bagi capaian zero net emission tersebut.
Proyek itu juga diharapkan dapat menambah lebih dari seribu lapangan pekerjaan di Indonesia dan Singapura selama tahap konstruksi. Sebagian listrik yang dihasilkan proyek tenaga surya untuk kebutuhan di Kepulauan Riau dan sisanya diekspor ke Singapura.(BTC)
SUMBER : INDONESIA.GO.ID
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan WA ke 0858-3144-9896
via EMAIL: redaksiberita2020@gmail.com
(mohon dilampirkan data diri Anda)